Konsultasi: Kakak suka marah-marah

Dear Xpresi, Aku Mimi gadis 18 tahun. Aku baru menyelesaikan pendidikanku di bangku SMA di sebuah kabupaten di Riau ini. Sekarang aku tinggal di Pekanbaru bersama kakakku. Dia seorang mahasiswi di salah satu Universitas di Pekanbaru. Akupun juga berencana kuliah di kota ini bersamanya.

Makanya setelah lulus SMA, ibuku menyuruh aku tinggal bersama kakakku. Dengan maksud aku lebih bisa menyesuaikan diri di sini lebih awal. Ibu memberi kepercayaan atas diriku kepada kakak. Beberapa hari tinggal di Pekanbaru aku dan dia rukun-rukun saja. Tapi lama-kelamaan kami tidak rukun lagi. Ego dia makin kelihatan. Sebenarnya aku juga sudah tahu sifatnya bagaimana dulu ketika kami masih tinggal bersama. Aku akui, kami berdua sama-sama keras. Aku bilang A dia bilang B. Jarang banget satu pendapat. Tapi sekarang ini aku lebih banyak mengalah dan diam. Aku lebih memilih di kamar seharian untuk menghindari dia kalau lagi ribut.

Padahal aku sayang dia. Terkadang dia baik dan peduli denganku, tapi terkadang dia sensitif banget, marah-marah gak jelas. Kalau lagi sensitif gitu, banyak banget kesalahan aku di matanya. Heran deh menyikapi kakak yang kayak gitu. Kalau dulu kan aku bersama ibu, jadi kalau ada apa-apa bisa bilang ke ibu. Aku ngerasa karena ibu memberi kepercayaan atas diriku padanya, dia jadi kayak berhak atas segala-galanya. Aku gak mau bilang ke ibu kondisi ku sekarang ini. Aku gak mau ibu jadi mikirin aku. Aku cuma butuh solusi agar aku bisa rukun sama kakak dan bagaimana cara ngadapin kalau dia lagi sensitif? Kalau sensitif nya sekali-kali sih masih mending, tapi ini sering kali. Ok deh Xpresi aku butuh solusi agar kakak mengerti aku dan kami bisa rukun tiap saat. Thanks before ya.

Berikut ini jawaban bagus dari pengasuh rubrik Xpresi, Riau Pos:

Hi Mimi,

Pertama, Xpresi mau mengucapin selamat atas kelulusan kamu di SMA. Xpresi juga mendoakan kamu bisa lulus di universitas yang kamu inginkan. Mendengar cerita kamu, Xpresi turut bersedih karena sebenarnya kamu ingin sekali rukun dengan kakakmu. Apa lagi kalau dia tahu sebenarnya kamu sayang banget ama dia.

Menurut Xpresi, Mimi jangan mengurung diri di kamar seharian begitu. Kalau kakak Mimi lagi sensitif atau lagi marah-marah, Mimi tenang saja dulu. Diam bukan berarti kalah, ‘kan? Setelah kondisinya agak tenang, coba deh Mimi bawa berbicara ama kakak Mimi. Tapi ingat, Mimi gak boleh terbawa emosi karena mengeluarkan unek-unek di hati Mimi. Apalagi Mimi juga sudah tahu sifatnya dari dulu. Itu justru lebih memudahkan Mimi mencari suasana hatinya yang lagi bersahabat. Bagaimanapun, dia kakak Mimi, bukan orang lain. Apalagi kalau Mimi lulus masuk universitas, berarti kalian akan serumah di jangka waktu yang lama.

Untuk sekarang, Mimi ambil positifnya saja. Mungkin dia lagi punya masalah di kampus atau apa pun, jadi bawaannya sensitif. Atau terkadang seorang kakak itu penyampaian rasa sayangnya berbeda-beda. Bagi dia, itu biasa, tapi mungkin Mimi ngerasa dia marah-marah terus. Justru sebenarnya dia sayang sama Mimi. Kalau kakak Mimi lagi sensitif, coba Mimi perhatikan apa dia marahnya tidak karuan atau ada sesuatu yang ia sampaikan, tapi Mimi ngerasa dia marah. Nah Mimi harus berusaha lebih dewasa dalam menyikapi sesuatu. Ok. (Wido-WMD/nto)

2 komentar di “Konsultasi: Kakak suka marah-marah

  1. ok, mungkin dengan tulisan ne kamu bisa ngambil intinya dan tau cara mengobatinya…..
    Saya adalah anak pertama (cowo) dari 4 bersaudara, sekarang saya duduk dibangku kuliah smester 3 di salah satu PT dikota Medan, adikku nomor 2 bernama Friska (cewe) sekarang sudah kelas 2 SMA juga di kota Medan, kami tinggal serumah, sedangkan keluargaku yang lain tinggal di kota Ns. Ekonomi keluargaku tidak terlalu berlebihan, yang jelas cukup untuk menafkahi kami dan kami punya rumah sendiri di kota Medan.
    Terus terang saya sangat menyayangi semua adik adikku tapi dengan metode dan gaya yang beda masing-masing mereka (ntar saya akan menceritakannya)
    tapi saya juga sadar kalau terkadang saya harus egois terhadap adikku Friska dibandingkan dengan adikku yang lain dan sebenarnya hal itu bukan karena “tidak disengaja” melainkan karena “disengaja”.
    Setelah saya menggali permasalahannya rupanya terletak kepada orang tua saya… sekali lagi Orang Tua, bukannya orang tua saya orang bodoh, bukannya orang tua saya tidak tau bagaimana cara mendidik anak yang benar, dsb, bahkan bapa dan mama saya tamatan sarjana, so apalagi yang kurang? Nah letak permasalahannya yaitu cara ortu mengkomunikasikan dalam membentuk karakter dan psikologi anak,
    mungkin kedengarannya agak sedikit kontrovesial, tapi hal ini tidak dapat dipungkiri, kita tidak bisa MUNAFIK untuk mengatakannya sebab ini adalah HUKUM ALAM! 1X Lagi Hukum Alam. Begini, dalam STATUS keluarga, ada Bapa, Mama, Anak Pertama, Kedua, dst.. Nah ini yang sering sekali tidak diketahui oleh orang tua dalam mendidik anak, mereka tidak tau kalau status anak didalam keluarga itu sangat mempengaruhi sifat dalam bertindak dan berinteraksi dengan saudaranya yang lain. Mudah – mudahan sampai disini kamu mulai tau kalau kesalahan bukan sepenuhnya karena keegoisan kakak kamu..
    Ok, lanjut dengan kesalahan ortu, salah satu kunci perbuatan fatal ortuku adalah memarahiku bahkan memukuliku didepan adikku, Mereka beranggapan bahwa dengan memukuliku maka adiku bisa merasa puas dan diam dari tangisannya. Sobat,,, ini FATAL!!! anda tau tidak akibatnya, secara tidak langsung ortuku sudah menanam karakter dendam didalam watak adikku, akibatnya apa? secara perlahan-lahan dia akan berwatak ego terhadap kakanya, mungkin ini sedikit rumit, tapi coba anda berfikir! apa salahnya ortuku memarahiku didalam kamar bahkan memukuliku sekalipun. Bagaimana? coba pikir sekali lagi!
    Karena dia sudah merasa ego, jadi sedikit masalah dia melapor sama ortuku, memang secara tidak sadar adiku tidak merasakan hal ini dia tidak merasakan dirinya sebenarnya “Ego” akibatnya apa? bagaimana nanti kalau sudah besar? coba anda berfikir, Nah kalau ceritanya sudah begini mana ada kakak yang mau diinjak harga dirinya? mana ada kakak yang mau diambil hak kesulungannya? Akibatnya apa? saya tidak sudi untuk mencuci piring, saya tidak sudi untuk menyapu rumah, saya tidak sudi untuk mencuci baju sendiri harus dia (Friska) yang mencuci bajuku, karena saya adalah anak yang lebih tua, padahal dalam hati saya tidak sampai hati melakukan itu….
    Nah, Mimi semua hal ini sudah sulit untuk disembuhkan, karena sangat gila kalau kita berpikir untuk memutar waktu kembali dan mencoba memperbaikinya dan Ingat 1 pesan penting bahwa semua ini tidak ada yang salah, ini bukan kesalahan kakakmu, bukan kesalahan ortumu karena mereka hanya tidak tau caranya, dan bukan juga karena kesalahanmu, apalagi kesalahan Tuhan.
    Menurut saya walaupun hal ini sulit untuk diobati karena ini sudah tertanam di jiwa / karakter yang dibawa sampai mati, tapi tetap saja sedikit demi sedikit, tahap demi tahap batu yang sekeras apapun itu akan bisa dihancurkan oleh tetesan air, tapi ingat kesabaran tetap dituntut. Menurut saya coba anda menghormati kebijakan-kebijakan yang diambilnya, jangan sekali-kali anda terlihat melawan dalam keputusannya sepahit apapun itu, bersikaplah pasrah, saya yakin kalau anda melakukannya selama 1 smester kalian akan hidup rukun serukun rukunnya, karena tidak ada kakak yang tidak sayang pada adiknya.. Ada satu lagi yang cukup parah untuk diobati, yah seperti kondisiku saat ini.. berada pada tingkat status anak yang tidak mempunyai jarak misalnya anak 1 kpd anak ke2, anak ke3 kpd anak ke4, anak ke2 sama anak ke3 dst, dan apalagi kalau umurnya cukup berdekatan apalagi kalau sangat berdekatan? karena biasanya kakak merasa tersaingi kalau umur adiknya tidak jauh darinya.
    Lebih mudahnya setelah membaca ini kamu print out dan selipkan di tas kakak kamu supaya dia juga membacanya, dan juga besar harapan saya agar adikku juga membaca ini, Oh ya, klo berhasil jangan lupa ucapan terimakasihnya ya! ke emailku, kalau kurang paham kamu bisa kirim no. hp kamu en kita bisa telfon2an sapa tau z jodoh he..he.. becanda ko, n mudah2an kamu orangnya cantik krn gw ga jlek2 amat!!! ok, GBU!!!!

Tinggalkan komentar